Realistis vs Idealis

Dulu aku tuh orangnya perfeksionis, idealis dan overthinking. Kalau aku mau A aku harus dapat A. Kalau mau B harus dapat B. Sayangnya sifat aku yang begitu dipakai untuk mengejar dunia dan kalau gak dapat aku bisa kebawa emosi. Parah deh pokoknya.

Awal menikah aku amat sangat butuh penyesuaian perihal hidup. Adaptasi dalam berbagai hal. Apalagi setelah punya 1 anak. Parah banget waktu itu adaptasinya. Sekarang alhamdulilah semuanya sudah sangat lebih baik dari yang dulu.

Idealis dan perfeksionis ku lama-lama terkisis. Runtuh. Hampir habis.

Di pikiranku dulu kalau punya anak aku mau urus sendiri, rumah fasilitasnya seperti sekolah, nyiapin kurikulum belajar, dlll.

Nyatanya setelah punya anak tidak semudah itu merealisasikan apa yang aku idealkan.

Awal punya anak tenaga, hati dan pikiran habis untuk adaptasi dengan keadaan tak terduga. 

Kemudian hamil anak kedua, kondisi fisik ibu hamil tentu berbeda dengan orang normal.

Sekarang alhamdulilah perlahan aku mulai bisa menerima keadaan bahwa satu-satunya idealisme yang tersisa dan masih aku perjuangkan adalah mengurus anak-anakku sendiri. 

Kekhawatiran tentu ada. Khawatir aku tidak mampu mendidik mereka dan perkembangan mereka terganggu. Tapi semoga Allah memudahkan dan mampukan aku untuk mengurus dan mendidik anak-anakku. Aamiin.

Postingan populer dari blog ini

Berharap