Dulu aku tuh orangnya perfeksionis, idealis dan overthinking. Kalau aku mau A aku harus dapat A. Kalau mau B harus dapat B. Sayangnya sifat aku yang begitu dipakai untuk mengejar dunia dan kalau gak dapat aku bisa kebawa emosi. Parah deh pokoknya. Awal menikah aku amat sangat butuh penyesuaian perihal hidup. Adaptasi dalam berbagai hal. Apalagi setelah punya 1 anak. Parah banget waktu itu adaptasinya. Sekarang alhamdulilah semuanya sudah sangat lebih baik dari yang dulu. Idealis dan perfeksionis ku lama-lama terkisis. Runtuh. Hampir habis. Di pikiranku dulu kalau punya anak aku mau urus sendiri, rumah fasilitasnya seperti sekolah, nyiapin kurikulum belajar, dlll. Nyatanya setelah punya anak tidak semudah itu merealisasikan apa yang aku idealkan. Awal punya anak tenaga, hati dan pikiran habis untuk adaptasi dengan keadaan tak terduga. Kemudian hamil anak kedua, kondisi fisik ibu hamil tentu berbeda dengan orang normal. Sekarang alhamdulilah perlahan aku mulai bisa menerima keadaan bahw
Berharap sama manusia itu memang hal yang salah. Satu-satunya tempat berharap itu hanya Allah. Allah Maha Pencemburu. Allah gak suka diduakan. Maka ketika berharap sama manusia, akan ada rasa kecewa. Berharap dimengerti, berharap dibantu, berharap didengar. Hanya Allah yang Maha Mengerti hambaNya, karena Allah yang menciptakan. Hanya Allah yang tahu kapan waktu yang tepat bantuan itu datang dan apa bentuk bantuannya. Hanya Allah yang Maha Mendengar, isi hati yang disimpan maupun tangis yang keluar. Allah gak pernah bosan dan lelah mendengar keluh kesah hambaNya. Allah gak akan mengeluarkan kata-kata yang membuat hambaNya sedih. Allah Maha Baik. Allah senang kalau kita berharap dan mengadukan semuanya hanya padaNya. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Akhir-akhir rasanya isi pikiran berentet. Hal yang membuat kecewa kurang lebih satu tema. Merasa tidak dipahami. Sebuah pelajaran untuk berharap hanya pada Allah.